Aku menyerah menghaarapmu kembali lagi menyapaku seperti
dulu lagi, aku menyerah mengharapmu melihatku seperti dulu lagi. Aku menyerah
mengembalikan cerita indah itu bersama hari-hari kita lagi. Banyak hal yang
telah kita lalui bersama, nada-nada di petikan nasyid itu saksinya.
Dulu, ya 1 tahun yang lalu, kau begitu hangat menyapa
hari-hariku. Kau memberi warna seindah surya dihari-hariku. Saat indah itu tak
berlangsung lama, tiba-tiba kau meradang menyakitiku, membuat aku seolah
bersalah dimatamu, membuatku seperti makhluk berdosa.
Salahku apa? Dulu ku ingin bertanya kepadamu, sampai
akhirnya aku menemukan jawabannya kesholehan itu menyapamu. Aku seperti
tersudut dibalik awan mendung, berbulan-bulan aku meyembuhkan diri. Sampai
akhirnya aku benar-benar sembuh.
Tiba-tiba kali ini, kau menyapaku lagi, seolah-olah tidak
pernah terjadi apa-apa. Aku seperti bahan observasi, setelah ditaklukkan
kemudian dicampakkan. Salahku dimana? Karena jatuh cinta pada pelangi seindah
dirimu, membuatku tampak begitu hina, tampak begitu busuk, karena mencoba
mencintai idola banyak orang.
Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mempelajari semua
teori menjaga hati. Mempraktekkannya dalam hidupku, kenapa aku harus gagal?
Kenapa harus ada yang memupuskan angan-anganku. Saat rasa itu perlahan memudar,
dalam remang tabir kepalsuan, aku kembali tersudut, dibalik dinding keangkuhan.
Saat tiba akhirnya aku menyembuhkan kepingan hatiku yang
berdarah, aku harus melihatnya, begitu akrab menyapa yang lain, begitu santun
dengan yang lain, lalu aku bertanya dalam hati, dimana tempatku? Sedemikian
hinanya aku disingkirkan begitu saja. Setelah berjuta caci-maki kuterima demi
rasa yang belum halal ini, aku malu. Jilbab ini saksi sakit perih, luka itu.
Aku tak pernah menuntut apa-apa. Aku tak pernah menuntut kau
mencintaiku, aku tak pernah menuntut menjalin apa-apa, demi Allah aku tahu
hukumnya, aku tahu aturannya. Betapa sulitnya jatuh dalam suka yang begitu
dalam saat ijab belum tertunaikan, apalagi kepada seseorang yang membuat hidup
terbang ke awan, kemudian menghempaskannya ke tanah yang hina.
Lalu apa yang harus aku lakukan? Mungkin hanya mengadu
kepada Sang Pemberi Rasa, Sang Maha Agung, Rabb ku. Sebab luka ini terlalu
sakit untuk kupikul sendiri,sebab sakit ini telah menggerogoti sendi-sendi
imanku.
Aku harus apa? Mencerca langit? Memaki bumi? Siapa aku?
Hanya makhluk hina yang imannya masih secuil, yang masih
perlu pembelajaran, tak ingin terjebak pada dosa yang melenakan, sebab terlalu
banyak hal yang telah aku lewati, sebab terlau sering aku merelakan cinta yang
aku punya pergi memilih orang lain. Haruskah kali ini, aku mengalaminya lagi.
Selalu menjadi sang tak terpilih, selalu menjadi orang
kedua, selalu menjadi pelengkap cerita, bukan tokoh utama. Semua orang berkata,
semua ada hikmahnya, sabar saja. Yah, sabar saja... ada janji Allah terukir
dalam bait-bait surat cinta_nya.
Aku harus berjuang melupakan rasa yang pernah kupunya
sendirian, tak ada lagi yang bisa kubagi, tersudut sendiri disini.... diatas
sajadah bersimbah air mata.
.............................. end.............................
Serpihan
itu bernama LUka
Aku sudah berusaha keras, membuang segalanya, kenapa perihnya masih
datang lagi. Aku hanya manusia biasa, yang memerlukan cinta yang indah,.
Aku manusia biasa yang membutuhkan seseorang untuk kuletakkan didasar
hatiku ini, aku tahu ada aturan Allah yang mengambil andil dalam sisi ini. Aku
cukup tau diri ketika seseorang yang kucintai, sedikitpun tak mempunyai rasa
yang aku punya, apa aku harus marah? Tidak, Demi Allah ini bukan salahnya atau
salahku, ini hanya ujian dari Allah, ujian cinta.
Jujur aku sedih, saat luka yang ingin kubagi, tak ada tempat kubagi.
Aku hanya meredamnya dalam-dalam, dalam sudut hati yang paling dalam, aku hanya
menapaki tapak yang berbatu, berduri, aku hanya merenungi titik hujan dimataku,
aku lelah.
Aku yakin, suatu hari nanti, akan ada laki-laki sholeh yang akan
mendampingiku, aku hanya perlu waktu untuk bersabar, semua telah dicatat dalam
lauhul mahfuz_NYA.
Aku hanya tak sanggup melewati hari-hari dengan melihat orang-orang
disekelilingku, menatap iba padaku. Aku sendiri lebih tak sanggup, melihat
orang-orang yang pernah kucintai, perlahan-lahan pergi dari kehidupanku. Demi
Allah yang menggengggam hati hambanya, aku sudah sangat lelah.
Kusembunyikan rasa ini, dari semua orang, kuadukan ini pada Tuhanku.
Aku benar-benar tak kuat lagi.
Bantu hamba Rabb,,,,,,
Setidaknya kali ini saja.......
Terlalu rumit.....
Bahkan untuktersenyumpun kadang-kadang harus kupaksakan, Rabiii, apa
arti segalanya ini.??
Beri hamba jawaban pastinya.
Viee. 01 Nov 11
06.45
At bed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar